Sabtu, 24 Februari 2024

DOA NISFU SYA'BAN

DOA NISFU SYA'BAN

Dibaca setelah membaca surat Yasin.



 DOA NISFU SYA'BAN

Dibaca setelah membaca surat Yasin.

Sabtu, 24 Feb 2024 14:10 WIB

Dikutip dari laman resmi Nahdlatul Ulama, malam Nisfu Syaban adalah malam pertengahan bulan Syaban. Yakni pada tanggal 15 bulan Syaban.Pada tahun ini, malam Nisfu Syaban dimulai pada Sabtu, 24 Februari 2024 sejak masuk waktu magrib. Artinya umat muslim dapat menjalankan serangkaian amalan dan doa sejak malam Ahad tersebut.Lantas, seperti apa bacaan doa yang dianjurkan untuk dibaca di malam Nisfu Syaban ini? Adakah doa khusus yang diajarkan para ulama?

Berikut penjelasan lengkapnya.Doa 

Malam Nisfu Syaban dari para Ulama.

Dewan Pembina Pesantren Raudatul Qur'an, Geyongan Arjawinangun Cirebon Jawa Barat Ustadz M. Mubasysyarum dari laman NU Online menyebutkan bahwa pada dasarnya tidak ada ketentuan atau bacaan doa khusus di malam Nisfu Syaban. Seseorang bahkan bisa memanjatkan doa sesuai dengan keinginannya sendiri.

Namun demikian, lebih utama bila doa atau amalan tersebut bersumber dari para guru, ulama, atau orang-orang pilihan-Nya.e

Seperti dihimpun dari laman NU Online, terdapat sejumlah bacaan doa yang dapat dibaca di malam mulia Nisfu Syaban sebagaimana diajarkan oleh para ulama.

Berikut di antaranya:

1. Doa Malam Nisfu Syaban dari Syekh Abdul Qadir al-Jaelani.


Syekh Abdul Qadir al-Jaelani yang mendapat julukan sulthanul auliya (pemimpin para wali) adalah salah satu ulama yang menganjurkan untuk menghidupkan malam Nisfu Syaban dengan memperbanyak berdoa.

Dalam kitab Ghunyah al-Thalibin, ia mengungkapkan bahwa malam Nisfu Sybaan adalah malam yang diberkati oleh Allah SWT. Malam tersebut juga disebut sebagai malam pembebasan karena di dalamnya turun rahmat, keberkahan, kebaikan, dan ampunan bagi manusia, jin, dan penduduk bumi lainnya.

ومنها سمي ليلة البراءة مباركة

 لما فيها من نزول الرحمة والبركة والخير والعفو والغفران لأهل الأرض

Dan di antaranya, malam pembebasan disebut dengan 'mubarakah' (yang diberkati) karena di dalamnya terdapat turunnya rahmat, keberkahan, kebaikan, dan pengampunan bagi penduduk bumi." (Syekh Abdul Qadir al-Jilani, Ghunyah al-Thalibin, juz 3, hal. 278).

Adapun bacaan doa yang diajarkan oleh Syekh Abdul Qadir al-Jaelani yang didapat dari doa Sayyidina Ali bin Abi Thalib, adalah sebagai berikut:

اللهم صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَآلِهِ، مَصَابِيْحِ الْحِكْمَةِ وَمَوَالِيْ النِّعْمَةِ، وَمَعَادِنِ الْعِصْمَةِ، وَاعْصِمْنِيْ بِهِمْ مِنْ كُلِّ سُوْءٍ. وَلَا تَأْخُذْنِيْ عَلَى غِرَّةٍ وَلَا عَلَى غَفْلَةٍ، وَلَا تَجْعَلْ عَوَاقِبَ أَمْرِيْ حَسْرَةً وَنَدَامَةً، وَارْضَ عَنِّيْ، فَإِنَّ مَغْفِرَتَكَ لِلظَّالِمِيْنَ، وَأَنَا مِنَ الظَّالِمِيْنَ، اللهم اغْفِرْ لِيْ مَا لَا يَضُرُّكَ، وَأَعْطِنِيْ مَا لَا يَنْفَعُكَ، فَإِنَّكَ الْوَاسِعَةُ رَحْمَتُهُ، اَلْبَدِيْعَةُ حِكْمَتُهُ، فَأَعْطِنِي السَّعَةَ وَالدَّعَةَ، وَالْأَمْنَ وَالصِّحَّةَ وَالشُّكْرَ وَالْمُعَافَاةَ، وَالتَّقْوَى، وَأَفْرِغِ الصَّبْرَ وَالصِّدْقَ عَلَيَّ، وَعَلَى أَوْلِيَائِيْ فِيْكَ، وَأَعْطِنِي الْيُسْرَ، وَلَا تَجْعَلْ مَعَهُ الْعُسْرَ، وَأَعِمَّ بِذَلِكَ أَهْلِيْ وَوَلَدِيْ وَإِخْوَانِيْ فِيْكَ، وَمَنْ وَلَدَنِيْ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ

Allâhumma shalli 'alâ Muhammadin wa âlihi, Mashâbihil hikmati wa mawâlin ni'mati, wa ma'âdinil 'ishmati, wa'shimni bihim min kulli sû-in, wa lâ ta'khudznî 'alâ ghirratin wa lâ 'ala ghaflatin, wa lâ taj'al 'awâqiba amri hasratan wa nadâmatan, wardla 'annî, fainna maghfirataka lidh dhâlimin, wa anâ minadh dhâlimîna, allâhumma ighfir lî mâ lâ yadlurruka, wa a'thinî mâ lâ yanfa'uka, fainnaka al-wâsi'atu rahmatuhu, al-badî'atu hikmatuhu, fa a'thini as-sa'ata wad da'ata, wal-amna wash-shihhata wasy-syukra wal-mu'âfata wattaqwa, wa afrighiash-shabra wash-shidqa 'alayya, wa 'alâ auliyâi fîka, wa a'thinî al-yusra, walâ taj'al ma'ahu al-'usra, wa a'imma bi dzâlika ahlî wa waladî wa ikhwanî fîka, wa man waladanî minal muslimîna wal muslimâti wal mu'minîna wal mu'minâti.

Artinya: "Ya Allah limpahkan rahmat ta'dhim-Mu kepada Nabi Muhammad dan keluarganya, lampu-lampu hikmah, tuan-tuan nikmat, sumber-sumber penjagaan. Jagalah aku dari segala keburukan lantaran mereka, janganlah engkau hukum aku atas kelengahan dan kelalaian, janganlah engkau jadikan akhir urusanku suatu kerugian dan penyesalan, ridhailah aku, sesungguhnya ampunanMu untuk orang-orang zhalim dan aku termasuk dari mereka, ya Allah ampunilah bagiku dosa yang tidak merugikanMu, berilah aku anugerah yang tidak memberi manfaat kepadaMu, sesungguhnya rahmat-Mu luas, hikmah-Mu indah, berilah aku kelapangan, ketenangan, keamanan, kesehatan, syukur, perlindungan (dari segala penyakit) dan ketakwaan. Tuangkanlah kesabaran dan kejujuran kepadaku, kepada kekasih-kekasihku karena-Mu, berilah aku kemudahan dan janganlah jadikan bersamanya kesulitan, liputilah dengan karunia-karunia tersebut kepada keluargaku, anaku, saudar-saudaraku karena-Mu dan para orang tua yang melahirkanku dari kaum muslimin muslimat, serta kaum mukiminin dan mukminat." (Syekh Abdul Qadir al-Jilani, Ghunyah al-Thalibin, juz 3, hal. 249).

2. Doa Malam Nisfu Syaban dari Sayyid Utsman bin Yahya

Selanjutnya ada bacaan doa sebagaimana diajarkan oleh Sayyid Utsman bin Yahya dalam Kitab Maslakul Akhyar. Doa ini dibaca tiga kali secara berjamaah selepas maghrib, bersamaan dengan membaca surat yasin sebanyak 3 kali.

Adapun bacaan doanya adalah sebagai berikut:

اللّٰهُمَّ يَا ذَا الْمَنِّ وَلَا يُمَنُّ عَلَيْكَ يَا ذَا الْجَلَالِ وَالإِكْرَامِ يَا ذَا الطَوْلِ وَالإِنْعَامِ لَا إِلٰهَ إِلَّا أَنْتَ ظَهْرَ اللَّاجِيْنَ وَجَارَ المُسْتَجِيْرِيْنَ وَمَأْمَنَ الخَائِفِيْنَ

اللّٰهُمَّ إِنْ كُنْتَ كَتَبْتَنَا عِنْدَكَ فِيْ أُمِّ الكِتَابِ أَشْقِيَاءَ أَوْ مَحْرُوْمِيْنَ أَوْ مُقَتَّرِيْنَ عَلَيْنَا فِي الرِزْقِ، فَامْحُ اللّٰهُمَّ فِي أُمِّ الكِتَابِ شَقَاوَتَنَا وَحِرْمَانَنَا وَاقْتِتَارَ رِزْقِنَا، وَاكْتُبْنَا عِنْدَكَ سُعَدَاءَ مَرْزُوْقِيْنَ مُوَفَّقِيْنَ لِلْخَيْرَاتِ فَإِنَّكَ قُلْتَ وَقَوْلُكَ الْحَقُّ فِيْ كِتَابِكَ المُنْزَلِ عَلَى لِسَانِ نَبِيِّكَ المُرْسَلِ: "يَمْحُو اللهُ مَا يَشَاءُ وَيُثْبِتُ وَعِنْدَهُ أُمُّ الكِتَابِ" وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمـَّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ العَــالَمِيْنَ

Allāhumma yā dzal manni wa lā yumannu 'alaika yā dzal jalāli wal ikrām, yā dzat thauli wal in'ām, lā ilāha illā anta zhahral lājīna wa jāral mustajīrīna, wa ma'manal khā'ifīn. Allāhumma in kunta katabtanā 'indaka fī ummil kitābi asyqiyā'a au mahrūmīna au muqattarīna 'alaynā fir rizqi, famhullāhumma fī ummil kitābi syaqāwatanā, wa hirmānanā waqtitāra rizqinā, waktubnā 'indaka su'adā'a marzūqīna muwaffaqīna lil khairāt. Fa innaka qulta wa qaulukal haqq fī kitābikal munzali 'ala lisāni nabiyyikal mursali "Yahmhullāhu mā yasyā'u wa yutsbitu wa 'indahū ummul kitāb." Wa shallallāhu 'alā sayyidinā Muhammadin wa 'alā ālihī wa shahbihī wa sallama, walhamdulillāḥi rabbil 'ālamīn.

Artinya: "Wahai Tuhanku yang maha pemberi, Engkau tidak diberi. Wahai Tuhan pemilik kebesaran dan kemuliaan. Wahai Tuhan pemilik kekayaan dan pemberi nikmat. Tiada Tuhan selain Engkau, kekuatan orang-orang yang meminta pertolongan, lindungan orang-orang yang mencari perlindungan, dan tempat aman orang-orang yang takut.

Tuhanku, jika Kau mencatatku di sisi-Mu pada Lauh Mahfuzh sebagai orang celaka, sial, atau orang yang sempit rezeki, maka hapuskanlah di Lauh Mahfuzh kecelakaan, kesialan, dan kesempitan rezekiku. Catatlah aku di sisi-Mu sebagai orang yang mujur, murah rezeki, dan taufiq untuk berbuat kebaikan karena Engkau telah berkata-sementara perkataan-Mu adalah benar-di kitabmu yang diturunkan melalui ucapan Rasul utusan-Mu, 'Allah menghapus dan menetapkan apa yang Ia kehendaki di sisi-Nya Lauh Mahfuzh.

'Allah bershalawat dan bersalam atas sayyidina Muhammad, keluarga, dan sahabatnya. Segala puji bagi Allah, Tuhan sekalian alam."

3. Doa Nabi Adam Dibaca di Malam Nisfu Syaban

Salah satu bacaan doa yang juga sering dikutip oleh para ulama untuk dibaca di malam Nisfu Syaban adalah doa Nabi Adam AS ketika turun ke bumi, thawaf tujuh kali di Kabbah, dan shalat dua rakaat di belakang maqam.

Seperti dikutip dari buku Kalender Ibadah Sepanjang Tahun oleh Ustadz Abdullah Faqih Ahmad Abdul Wahid, berikut bacaan doa Nabi Adam yang dapat dibaca di malam Nisfu Syaban:

اللَّهُمَّ إِنَّكَ تَعْلَمُ سِرِّي وَعَلَانِيَتِي فَاقْبَلْ مَعْذِرَتِي، وَتَعْلَمُ حَاجَتِي فَأَعْطِنِي سُؤَلِي، وَتَعْلَمُ مَا فِي نَفْسِي فَاغْفِرْ لِي ذَنْبِي اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ إِيْمَانًا يُبَاشِرُ قَلْبِيْ وَيَقِيْنَا صَادِقًا حَتَّى أَعْلَمَ أَنَّهُ لَا يُصِيبُنِي إِلَّا مَا كَتَبْتَ لِي وَرَضِنِي بِقَضَائِكَ

Arab Latin: Allaahumma innaka ta'lamu sirrii wa 'alaaniyati faqbal ma'dzirati, wata'lamu haajatii fa'thinii suaa-li, wata'lamu maa fii nafsii faghfir lii dzambii. Allaahumma innii as-aluka imaanan yubasyiru qalbii wa yaqiinan shaadiqan hattaa a'lamu annahu laa yushiibunii illaa maa katabta lii waraddani biqadhaa-ik

Artinya: "Ya Allah, sungguh Engkau tahu apa yang tersembunyi dan tampak dariku, karena itu terimalah penyesalanku. Engkau tahu kebutuhanku, maka kabulkanlah permintaanku. Engkau tahu apa yang ada dalam diriku, maka ampunilah dosaku. Ya Allah sungguh aku memohon kepada-Mu iman yang menyentuh kalbuku dan keyakinan yang benar sehingga aku tahu bahwa tidak akan menimpaku kecuali telah Engkau tetapkan atasku. Ya Allah berikanlah rasa rela terhadap apa yang Engkau bagi untuk diriku."

Anjuran Memperbanyak Doa dan Amalan di Malam Nisfu Syaban

Dikutip dari buku Hujjah Ilmiah Amalan di Bulan Sya'ban oleh Buya Yahya, disebutkan bahwa bulan Syaban adalah salah satu bulan yang mulia. Bulan ini adalah pintu menuju bulan Ramadhan. Maka siapa yang bersungguh-sungguh dalam beribadah di bulan ini akan menuai kesuksesan di bulan Ramadan.

Menurut Jumhur Ulama, menghidupkan malam Nisfu Syaban dengan doa dan amalan hukumnya adalah Sunnah. Baik dengan cara beribadah secara bersama-sama maupun sendiri-sendiri di rumah.

Umat muslim dapat mengisi malam mulia ini dengan bermacam-macam ibadah seperti puasa, doa, shalat dan lain sebagainya. Amalan-amalan ini juga rutin dilakukan oleh para Salafuna shaleh untuk mempersiapkan dan melatih diri dalam menyambut bulan suci Ramadhan.

Hal senada juga disampaikan oleh Dosen UIN Syarif Hidayatullah sekaligus Rais Syuriyah Pengurus Ranting Nahdlatul Ulama (PRNU) Buaran, Serpong, KH M Nurul Irfan. Ia menyebutkan bahwa malam Nisfu Syaban posisinya di bawah malam lailatul qodar.

"Melakukan shalat sunnah mutlak, tasbih, taubat, membaca Al-Quran, dzikir, memperbanyak shalawat, pada malam itu, ya tidak apa-apa. Tradisi membawa air, juga tidak masalah," terang M Nurul dikutip dari NU Online, Jumat (23/2).

Lebih lanjut disebutkan bahwa doa itu bisa mengubah taqdir, maka umat muslim seharunya memperbanyak berdoa, khususnya di malam Nisfu Syaban. Rasulullah SAW bersabda:

ينزل الله إلى السماء الدنيا ليلة النصف من شعبان فيغفر لكل شيء، إلا لرجل مشرك أو رجل في قلبه شحناء

Artinya: "(Rahmat) Allah SWT turun ke bumi pada malam nisfu Sya'ban. Dia akan mengampuni segala sesuatu kecuali dosa musyrik dan orang yang di dalam hatinya tersimpan kebencian (kemunafikan)." (HR Al-Baihaqi)

Hadits-hadits Keutamaan Malam Nisfu Syaban

Masih dilansir dari buku Hujjah Ilmiah Amalan di Bulan Syaban oleh Buya Yahya, disebutkan bahwa keutamaan malam Nisfu Syaban telah banyak dijelaskan Rasulullah SAW dalam hadits-haditsnya. Di antaranya:

1. Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi, Imam Ibnu Majah, Imam Ahmad Bin Hanbal dan Imam Ibnu Hibban, beliau berkata hadits ini shahih yaitu:

Dari Sayyidah Aisyah RA beliau berkata: "Aku kehilangan Rasulullah SAW pada suatu malam. Kemudian aku keluar dan aku menemukan beliau di pemakaman Baqi' Al-Gharqad" maka beliau bersabda "Apakah engkau khawatir Allah dan RasulNya akan menyianyiakanmu?" Kemudian aku berkata: "Tidak wahai Rasulullah SAW, sungguh aku telah mengira engkau telah mendatangi sebagian isteri-isterimu". Kemudian Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya Allah menyeru hamba-Nya di malam Nishfu Sya'ban kemudian mengampuninya dengan pengampunan yang lebih banyak dari bilangan bulu domba Bani Kilab (maksudnya pengampunan yang sangat banyak)." (HR. Imam Tirmidzi, Imam Ibnu Majah, Imam Ahmad Bin Hanbal dan Imam Ibnu Hibban beliau berkata hadits ini shahih).

2. Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ibnu Majah dan Imam Baihaqi:

Dari Sayyidina Ali bin Abu Thalib bahwasanya Rasulullah SAW bersabda: "Apabila tiba malam nishfu Sya'ban, shalatlah pada malam harinya dan puasalah di siang harinya karena Allah menyeru hamba-Nya di saat tenggelamnya matahari, lalu berfirman: 'Adakah yang meminta ampun kepada-Ku? niscaya Aku akan mengampuninya, Adakah yang meminta rezeki kepada-Ku? niscaya akan memberinya rezeki. Adakah yang sakit? niscaya Aku akan menyembuhkannya, Adakah yang demikian (maksudnya Allah akan mengkabul hajat hambanya yang memohon pada waktu itu).... Adakah yang demikian.... sampai terbit fajar."

3. Hadits yang diriwayatkan Imam Abu Nu'aim dan dikatakan shohih oleh Imam Ibnu Hibban begitu juga Imam Thabrani berkata semua perowinya adalah orang yang dapat dipercaya (Tsiqah):

Dari Sayyidina Mu'ad Bin Jabal, dari Nabi SAW beliau berkata: "Allah Tabaraka wa Ta'ala melihat kepada makhluk-Nya pada malam Nishfu Sya'ban, lalu Allah mengampuni seluruh makhluk-Nya kecuali orang musyrik dan orang yang bermusuhan."

4. Hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah, dari Abu Musa AlAsy'ari RA:

Dari Abu Musa Al-asy'ari RA dari Rasulullah SAW, beliau berkata: "Sesungguhnya Allah SWT melihat kepada hambaNya di malam nishfu Sya'ban maka Allah SWT mengampuni semua makhluk-Nya kecuali orang yang menyekutukan Allah atau orang munafik."

Nah, demikianlah penjelasan tentang bacaan doa malam Nisfu Syaban yang diajarkan oleh para ulama. Selamat mengamalkan ya, detikers!

Senin, 16 Februari 2015

 
 





Nasab (keturunan) Imam An-Nawawi

Beliau Adalah al-Imam al-Hafizh, Syaikhul Islam, Muhyiddin Abu Zakaria Yahya bin Syaraf bin Mury bin Hasan bin Husain bin Muhammad bin Jum'ah bin Hizam an-Nawawi ad-Dimasyqi asy-Syafi'i. Kata 'an-Nawawi' dinisbahkan ditunjukan kepada ditunjukan SEBUAH Perkampungan Yang Bernama 'Nawa', shalat Satu Perkampungan di Hauran, Syiria, Tempat Kelahiran beliau. Beliau dianggap Astra Honda Motor Astra Honda Motor sebagai Syaikh di hati madzhab Syafi'i Dan Ahli fiqh Terkenal PADA zamannya.

Kelahiran Dan Lingkungannya

Beliau PADA dilahirkan Bulan Muharram Tahun 631 H di Perkampungan 'Nawa' Dari tua doa orangutan Yang shalih. Ketika berusia 10 Tahun, beliau Sudah memulai hafal al-Qur'an Dan membacakan kitab Fiqh PADA sebahagian ulama di sana. Proses Pembelajaran Suami di Kalangan Ahli Hadits Hobi dikenal DENGAN sebutan 'al-Qira`ah'.

Suatu Ketika, sejenis lainnya kebetulan Seorang ulama Bernama Syaikh Yasin bin Yusuf al-Marakisyi melewati Perkampungan tersebut Dan menyaksikan Banyak Anak-Anak Yang memaksa 'an-Nawawi Kecil' Bermain UNTUK, namun dia TIDAK mahu bahkan Lari dari kejaran mereka Dan Menangis Sambil membaca al Qur 'an. Syaikh inisial kemudian menghantarkannya ditunjukan ditunjukan kepada ayahnya Dan menasihati sang ayah agar mengarahkan anaknya tersebut UNTUK menuntut ilmu. Sang ayah Setuju DENGAN Nasihat Suami.

PADA Tahun 649 H, an-Nawawi, dengan dihantar Diposkan menyanyikan ayat, hati Tiba di Damaskus Rangka melanjutkan studinya di Madrasah Dar al-Hadits. Dia Tinggal di al-Madrasah ar-Rawahiyyah Yang menempel PADA Dinding masjid al-Umawy Dari Sebelah Timur. PADA Tahun 651 H, dia menunaikan ibadah haji Bersama ayahnya, Lalu Pulang Kembali ke Damaskus.

Pengalaman Intelektualnya

PADA TAHUN 665 H Saat baru Negara Negara berusia 34 Tahun, beliau menduduki posisi Sudah 'Syaikh' di Dar al-Hadits Dan Mengajar di sana. Perbedaan Tugas Suami dijalaninya Hingga beliau wafat.

Dari Sisi Pengalaman intelektualnya Penghasilan kena Pajak bermukim di Damaskus Terdapat Tiga karakteristik Yang Sangat menonjol:

Pertama, Kegigihan Dan Keseriusan-nya di hati Menuntut Ilmu Sejak Kecil Hingga MENINGKAT Remaja.

Ilmu Adalah Segala-galanya Bagi an-Nawawi sehingga dia merasakan kenikmatan tiada tara Yang di dalamnya. Beliau amat serius Ketika membaca Dan menghafal. Beliau BERHASIL kitab menghafal hati 'Tanbih al-Ghafilin' Waktu empat dalam hearts bulan Setengah.

Waktu Sedangkan Yang Tersisa Lainnya DAPAT beliau gunakan UNTUK menghafal seperempat permasalahan ibadat hati kitab 'al-Muhadz-dzab' karya asy-Syairazi. Dalam tempoh Yang relatif yang Yang Singkat pula ITU, beliau TELAH BERHASIL MEMBUAT Decak Kagum Sekaligus Meraih gurunya kecintaan, Abu Ibrahim Ishaq bin Ahmad al-Maghriby, sehingga menjadikannya Astra Honda Motor Astra Honda Motor sebagai wakilnya di hati halaqah pengajian Yang dia pimpin bilamana berhalangan.

Kedua, Keluasan Ilmu dan wawasannya

Mengenai Bagaimana beliau memanfa'atkan Waktu, Seorang muridnya, 'Ala`uddin bin al-'Aththar Bercerita, "Pertama beliau DAPAT membacakan 12 Pelajaran SETIAP harinya ditunjukan kepada ditunjukan para Syaikhnya Beserta syarah Dan tash-hihnya, kedua, Pelajaran Terhadap kitab' al Wasith ', SIBOR Terhadap kitab' al-Muhadzdzab ', Keempat Terhadap kitab' al-Jam'u bayna ash-Shahihain ', Kelima Terhadap kitab' Shahih Muslim ', keenam Terhadap kitab' al-Luma '' karya Ibnu Jinny di hati Ilmu nahwu, ketujuh Terhadap kitab 'Ishlah al-Manthiq' karya Ibnu as-Sukait di hati Ilmu Linguistik (Bahasa), kelapan di hati ilmu Sharaf, kesembilan di hati Ilmu Ushul Fiqh, kesepuluh terkadang Terhadap kitab 'al-Luma' 'karya Abu Ishaq Dan terkadang Terhadap kitab 'al-Muntakhab' karya al-Fakhrur Razy, kesebelas di hati 'Asma' ar-Rijal ', keduabelas di hati Ushuluddin. beliau Selalu menulis syarah Yang Sulit Dari SETIAP Pelajaran tersebut Dan menjelaskan kalimatnya Serta meluruskan ejaannya ".

Ketiga, Produktif di hati Menelurkan Karya Tulis

Beliau TELAH Berminat Terhadap Dunia tulis menulis-Dan menekuninya PADA Tahun 660 H Saat baru Negara Negara berusia 30-an.

Dalam karya-karya beliau tersebut akan didapati kemudahan di hati mencernanya, keunggulan di hati argumentasinya, kejelasan di hati Kerangka berfikirnya Serta keobjektifan-nya di hati memaparkan Pendapat-Pendapat fuqaha '.

Buah karyanya tersebut Hingga Saat Suami Selalu Menjadi Bahan Perhatian Dan Diskusi SETIAP Muslim Serta Selalu digunakan Astra Honda Motor Astra Honda Motor sebagai rujukan di hampir Seluruh belantara Dunia Islam.

Di ANTARA karya-karya tulisnya tersebut Adalah 'Syarh Shahih Muslim', 'al-Majmu' Syarh al-Muhadzdzab ',' Riyadh ash-Shalihin ',' al-Adzkar ',' Tahdzib al-Asma 'wa al-Lughat' ' al-Arba'in an-Nawawiyyah ',' Rawdhah ath-Thalibin 'Dan' al-Minhaj fi al-Fiqh '.

Budi Pekerti Dan Sifatnya

Para pengarang buku-buku 'biografi' (Kutub at-Tarajim) Sepakat, bahawa Imam an-Nawawi merupakan Hujung tombak di hati SIKAP Hidup 'zuhud', Teladan di hati Sifat wara 'Serta tokoh Tanpa tanding di hati' para menasihati Penguasa Dan beramar ma'ruf nahi munkar '.

Zuhud
beliau Hidup bersahaja Dan mengekang Diri sekuat Tenaga Dari kongkongan hawa nafsu. Beliau Mengurangi Makan, sederhana di hati berpakaian Dan bahkan TIDAK Sempat UNTUK Menikah. Kenikmatan di hati menuntut ilmu Seakan MEMBUAT Dirinya lupa DENGAN SEMUA ITU kenikmatan. Beliau Seakan Sudah mendapatkan gantinya.

Di ANTARA indikatornya Adalah Ketika beliau Pindah Dari lingkungannya Yang terbiasa DENGAN Pola Hidup 'seadanya' Menuju kota Damaskus Yang 'serba ADA' Dan Penuh glamor. Perpindahan Dari doa Dunia Yang amat kontras:: tersebut sama Sekali TIDAK menjadikan Dirinya Tergoda DENGAN SEMUA ITU, bahkan sebaliknya Semakin menghindarinya.

Wara '
Bila membaca Riwayat hidupnya, Maka akan Banyak Sekali dijumpai Sifat seperti inisial Dari Diri beliau. Astra Honda Motor Astra Honda Motor sebagai contoh, misalnya, beliau mengambil SIKAP TIDAK mahu memakan buah-buahan Damaskus kerana merasa ADA syubhat TENTANG kepemilikan tanah Dan kebun-kebunnya di sana.

Lainnya contoh, Ketika Mengajar di Dar al-Hadits, beliau sebenarnya yang Yang MENERIMA Gaji Yang Cukup gede, tetapi TIDAK sedikit pun diambilnya. Beliau justeru mengumpulkannya Dan menitipkannya PADA kepala Madrasah. SETIAP mendapatkan jatah tahunannya, beliau Membeli sebidang tanah, kemudian mewakafkannya ditunjukan ditunjukan kepada Dar al-Hadits. ATAU Membeli beberapa buah buku kemudian mewakafkannya ke Perpustakaan Madrasah. Beliau TIDAK PERNAH MENERIMA mahu Hadiah ATAU pemberian, kecuali Bila memang Sangat memerlukannya Sekali Dan Suami pun DENGAN Syarat. Iaitu, orangutan Yang membawanya haruslah Diri Yang Sudah beliau percayai diennya.

Beliau JUGA TIDAK MENERIMA mahu Sesuatu, kecuali Dari kedua orang-tuanya ATAU kerabatnya. Ibunya Selalu mengirimkan baju ATAU kepadanya pakaian. Demikian pula, ayahnya Selalu mengirimkan MAKANAN untuknya.

Ketika berada di al-Madrasah ar-Rawahiyyah, Damaskus, beliau Hanya mahu Tidur di KAMAR Yang disediakan untuknya Saja di sana Dan TIDAK mahu diistimewakan ATAU diberikan fasiliti Yang Lebih Dari ITU.

Hati Menasihati Penguasa Rangka Amar Ma'ruf Nahi Munkar
PADA masanya, Banyak orangutan Datang mengadu kepadanya Dan meminta fatwa. Beliau pun DENGAN Senang Hati Menyambut mereka berupaya seoptimal Dan Mungkin mencarikan Solusi Bagi permasalahan mereka, sebagaimana Yang PERNAH Terjadi hati kes penyegelan Terhadap kebun-kebun di Syam.

Kisahnya, suatu Ketika Seorang sultan Dan raja, Bernama Azh-Zhahir Bybres Datang ke Damaskus. Beliau Datang Dari Mesir Penghasilan kena gai pajak memerangi Tentara Tartar Dan BERHASIL mengusir mereka. Saat ITU, Seorang wakil Baitul Mal mengadu kepadanya bahawa kebanyakan kebun-kebun di Syam Masih Milik Negara. Pengaduan Suami MEMBUAT Bernyanyi raja memerintahkan agar Langsung kebun-kebun tersebut dipagari Dan disegel. Hanya orangutan Yang mengakui kepemilikannya di Situ Saja Yang diperkenankan UNTUK menuntut haknya asalkan menunjukkan Bukti, iaitu Berupa kepemilikan Sijil.

Akhirnya, para Penduduk Banyak Yang mengadu ditunjukan ditunjukan kepada Imam an-Nawawi di Dar al-Hadits. Beliau pun menanggapinya DENGAN Langsung menulis surat ditunjukan ditunjukan kepada sang raja. Sang Sultan Gusar DENGAN keberaniannya Suami Yang dianggap Astra Honda Motor Astra Honda Motor sebagai SEBUAH kelancangan. Oleh kerana ITU, dengan Serta Merta dia memerintahkan bawahannya agar memotong Gaji ulama Suami Dan memberhentikannya Dari kedudukannya. Para bawahannya TIDAK DAPAT menyembunyikan kehairanan mereka DENGAN menyeletuk, "Sesungguhnya, ulama Suami TIDAK memiliki Gaji Dan TIDAK pula kedudukan, paduka !!".

Menyedari bahawa Hanya DENGAN surat Saja TIDAK mampan, Maka Imam an-Nawawi Langsung Pergi Sendiri menemui sang Sultan Dan menasihatinya DENGAN Ucapan Yang Keras Dan pedas. Rupanya, sang Sultan Ingin Bertindak Kasar Terhadap Diri beliau, namun Allah TELAH memalingkan Hatinya Dari HAL ITU, sehingga selamatlah Syaikh Yang ikhlas inisial. Akhirnya, sang Sultan membatalkan masalah penyegelan Terhadap kebun-kebun tersebut, sehingga terlepas orang-orangutan Dari bencananya Dan merasa tenteram Kembali.

Wafatnya

PADA TAHUN 676 H, Imam an-Nawawi Kembali ke kampung halamannya, Nawa, Penghasilan kena gai pajak mengembalikan buku-buku Yang dipinjamnya Dari Badan Urusan Waqaf di Damaskus. Di sana beliau Sempat berziarah ke kuburan para syaikhnya. Beliau TIDAK lupa mendo'akan mereka perbedaan jasa-jasa mereka Menangis Sambil. Penghasilan kena Pajak menziarahi kuburan ayahnya, beliau mengunjungi Baitul Maqdis Dan kota al-Khalil, Lalu Pulang Lagi ke 'Nawa'. Sepulangnya Dari sanalah beliau Jatuh sakit Dan tak berapa lama Dari ITU, beliau dipanggil menghadap al-Khaliq PADA Tanggal 24 Rajab PADA Tahun ITU. Di ANTARA ulama Yang Ikut menyalatkannya Adalah al-Qadhy, 'Izzuddin Muhammad bin ash-Sha`igh Dan beberapa shahabatnya orangutan. Semoga Allah merahmati beliau DENGAN rahmat-Nya Yang Luas Dan MENERIMA Seluruh amal shalihnya. Amin.

(Diambil Dari pengantar kitab Nuzhah al-Muttaqin Syarh Riyadh ash-Shalihin karya DR. Musthafa Sa'id al-Khin, et.ali, JLD. I, TENTANG biografi Imam an-Nawawiy)

Rabu, 05 Juni 2013

 

Al Farabi

870-950 M

Berasal dari: Kota Farab, Kazakhstan

Kontribusi

Selama hidupnya al Farabi banyak berkarya. Jika ditinjau dari Ilmu Pengetahuan, karya-karya al- Farabi dapat ditinjau menjdi 6 bagian. - Logika - Ilmu-ilmu Matematika - Ilmu Alam - Teologi - Ilmu Politik dan kenegaraan - Bunga rampai (Kutub Munawwa’ah). Karyanya yang paling terkenal adalah Al-Madinah Al-Fadhilah (Kota atau Negara Utama) yang membahas tetang pencapaian kebahagian melalui kehidupan politik dan hubungan antara rejim yang paling baik menurut pemahaman Plato dengan hukum Ilahiah islam.

Cerita Singkat

Nama lengkap Al Farabi adalah Abū Nasir Muhammad bin al-Farakh al-Fārābi. Beliau adalah ilmuwan dan filsuf Islam yang berasal dari Farab, Kazakhstan.

Sejak dini ia digambarkan memiliki kecerdasan istimewa dan bakat besar untuk menguasai hampir setiap subyek yang dipelajari. Al-Farabi muda belajar ilmu-ilmu islam dan musik di Bukhara, dan tinggal di Kazakhstan sampai umur 50. Ia pergi ke Baghdad untuk menuntut ilmu di sana selama 20 tahun.

Al-Farabi adalah seorang komentator filsafat Yunani yang ulung di dunia Islam. Meskipun kemungkinan besar ia tidak bisa berbahasa Yunani, ia mengenal para filsuf Yunani; Plato, Aristoteles dan Plotinus dengan baik. Kontribusinya terletak di berbagai bidang seperti matematika, filosofi, pengobatan, bahkan musik. Al-Farabi dikenal dengan sebutan "guru kedua" setelah Aristoteles, karena kemampuannya dalam memahami Aristoteles yang dikenal sebagai guru pertama dalam ilmu filsafat.


1. BIOGRAFI AL FARABI

Al-Farabi mempunyai nama lain diantaranya adalah Abu Nashr Muhammad Ibn Thorkhan Ibn Al-Uzalagh Al-Farabi, dikalangan orang-orang latin abad pertengahan Al-Farabi lebih dikenal dengan Abu Nashr (Abunasaer). Sebenarnya nama julukan Al-Farabi diambil dari nama kota Farab, Beliau dilahirkan di desa Wasij di Distrik Farab (Utrar, provinsi Transoxiana, Turkestan) pada tahun 257 H (870M), kadang-kadang Beliau mendapat sebutan orang Turki, sebab ayahnya sebagai orang Iran menikah dengan wanita Turki.[1]

Sangat sedikit yang kita bias ketahui tentang Al-Farabi, kebanyakan infornasi biografis tersebut tiga abad setelah wafatnya. Beberapa hal yang dapat kita ketahui tentang latar belakang keluarga Al-farabi adalah bahwa ayahnya seorang Opsir tentara pada Dinasti Samaniyyah yang menguasai wilayah Transoxiana wilayah otonom Bani Abbasyyah.[2] Keturunan Persia (kendatipun nama kakek dan kakek buyutnya jelas menunjukkan nama Turki). Ayahnya mengabdi pada pangeran-pangeran Dinasti Samaniyyah.[3] Al Farabi meninggal di Damaskus pada bulan Rajab 339 H/Desember 950 M pada usia 80 tahun, dan dimakamkan di luar gerbang kecil (al-bab al-saghir) kota bagian selatan.[4]

2. PENDIDIKAN AL FARABI

Sejak kecil Al-Farabi tekun dan rajin belajar, dalam olah kata, tutur bahasa ia mempunyai kecakapan yang luar biasa. Penguasaan terhadap Iran, Turkistan dan Kurdistan sangat dia pahami, justru bahasa Yunani dan Suryani sebagai bahasa Ilmu Pengetahuan pada masa itu belum dia kuasai. Pendidikan dasarnya ditempuh di Farab, yang penduduknya bermazhab Syafii.[5]

Untuk memulai karir dalam pengetahuannya, dia berhijrah dari negrinya ke kota Bagdad pada tahun 922 M yang mana pada waktu itu disebut sebagai kota Ilmu pengetahuan. Beliau belajar disana kurang lebih 10 tahun. Dengan berbekal ketajaman integensi sejak awal, dan mendapat karunia besar untuk menguasai hamper semua pelajaran yang dipelajari, Ia segera terkenal sebagai seorang filosof dan ilmuwan.[6] Beliau sangat menguasai semua cabang filsafat, logika, fisika, ketuhanan, ilmu alam, kedokteran, kimia, ilmu perkotaan, ilmu lingkungan, fiqih, ilmu militer, dan musik.[7] Di Baghdad, Beliau berguru kepada Ibnu Suraj untuk belajar tata bahasa Arab dan kepada Abu Bisyr Mattius Ibn Yunus untuk belajar filsafat dan logika. Beliau juga belajar kepada seorang Kristen Nestorian, tokoh filsafat aliran Alexandria yang banyak menterjemahkan filsafat Yunani, yaitu Yuhana Ibn Hailan yang sekaligus mengajak Al Farabi pergi ke Konstantinopel dan tinggal di sana selama 8 tahun guna mendalami filsafat. Sepulang dari Konstantinopel, Al Farabi mencurahkan diri dalam belajar, mengajar, dan menulis filsafat.

3. KARIER AL FARABI

Al-Farabi dikenal sebagai filsuf besar memiliki keahlian dalam banyak bidang keilmuan dan memandang filsafat secara utuh menyeluruh dan mengupasnya dengan sempurna, sehingga filsuf yang datang seseudahnya seperti Ibn Sina dan Ibn Rusyd banyak mengambil filsafatnya. Pandangan al-Farabi tentang filsafat terbukti dengan usahanya untuk mengahiri kontradiksi antara pemikiran Plato dengan Aristoteles melalui risalahnya ‘Al-Jami’u baina ra’yay al-Hakimain Aflatun wa Aristhu’, pengetahuan yang mendalam tentang filsafat Plato dan Aristoteles menyebabkan Al-Farabi dijuluki sebagai ‘Al-Mu’alim At-Tsani’ (Guru kedua) sedangkan Al-Mu’alim al-awal (Guru pertama) adalah Aristoteles.[8]

Pada tahun 330 H (945 M) Beliau pindah ke Damaskus dan berkenalan dengan Saif Al-Daulah Al-Hamdani, Sultan Dinasti Hamdan di Aleppo. Di tempat ini beliau bertemu dengan para sastrawan, penyair, ahli bahasa, ahli fiqih, dan cendekiawan lainnya. Di Damaskus Al Farabi bekerja di siang hari sebagai tukang kebun, dan pada malam hari belajar teks-teks filsafat. Al Farabi terkenal sangat saleh dan zuhud.[9] Kemudian sultan memberi kedudukan kepada beliau sebagai ulama istana dengan imbalan yang besar sekali, tetapi Al-Farabi lebih memilih hidup sederhana (zuhud) dan tidak tertarik kepada kemewahan dan kekayaan. Al-Farabi hanya membutuhkan empat dirham untuk sekedar memenuhi kehidupan sehari-hari. Sedangkan tunjangannya, Beliau bagikan kepada fakir-miskin dan amal sosial di Aleppo dan Damaskus. Kurang lebih 10 tahun Al-Farabi hidup di dua kota tersebut secara berpindah-pindah.


4. POKOK-POKOK PEMIKIRAN AL FARABI

Pokok-pokok pemikiran filsafat filsuf Al Farabi yang akan kami bahas, antara lain:

a. Filsafat Al Farabi

Al Farabi mendefinisikan filsafat adalah: Al Ilmu Bilmaujudaat Bima Hiya Al Maujudaat, yang berarti suatu ilmu yang menyelidiki hakikat sebenarnya dari segala yang ada ini. Bagi al Farabi, tujuan filsafat dan agama sama, yaitu mengetahui semua wujud. Hanya saja filsafat memakai dalil-dalil yang yakini dan ditujukan kepada golongan tertentu, sedang agama memakai cara iqna’i (pemuasan perasaan), dan kiasan-kiasan, serta gambaran, dan ditujukan kepada semua orang, bangsa, dan negara.[10] Al Farabi berhasil meletakkan dasar-dasar filsafat ke dalam ajaran Islam. Dia juga berpendapat bahwa tidak ada pertentangan antara filsafat Plato dan Aristoteles, sebab kelihatan berlainan pemikirannya tetapi hakikatnya mereka bersatu dalam tujuannya.

Al Farabi mendasarkan hidupnya atas kemurnian jiwa, bahwa kebersihan jiwa dari kotoran-kotoran merupakan syarat pertama bagi pandangan filsafat dan buahnya. Al Farabi mempunyai dasar berfilsafat adalah memperdalam ilmu dengan segala yang maujud hingga membawa pengenalan Allah sebagai penciptanya. Dengan arah ke situ, maka filsafat adalah ilmu satu-satunya yang dapat menghamparkan di depan kita dengan gambaran yang lengkap mengenai cakrawala dengan segala cosmosnya (kaum).[11] Menurut Al Farabi tujuan terpenting dalam mempelajari filsafat ialah mengetahui Tuhan. Bahwa Ia Esa dan tidak bergerak, bahwa Ia menjadi sebab yang aktif bagi semua yang ada, bahwa Ia yang mengatur alam ini dengan kemurahan, kebijaksanaan, dan keadilan-Nya.[12]

b. Filsafat Politik Al Farabi

Al Farabi berpendapat bahwa ilmu politik adalah ilmu yang meneliti berbagai bentuk tindakan, cara, hidup, watak, disposisi positif, dan akhlak. Semua tindakan tersebut dapat diteliti mengenai tujuannya, dan apa yang membuat manusia dapat melakukan seperti itu, dan bagaimana yang mengatur, memelihara tindakan dengan cara yang baik dapat diteliti. Dengan kata lain, politik adalah bentuk operasional dari pemerintah dan raja. Pemerintah, raja, atau penguasa ini haruslah orang yang paling unggul, baik dalam bidang intelektual maupun moralnya diantara yang ada.[13] Adapun pemerintahan dapat menjadi benar-benar baik jika ada teoritis dan praktis bagi pengelolannya.[14]

c. Definisi dan Esensi Jiwa

Al Farabi mendefinisikan jiwa sebagaimana definisi Aristoteles, yaitu ‘kesempurnaan awal bagi fisik yang bersifat alamiah, mekanistik, dan memiliki kehidupan yang energik’.[15] Makna ‘jiwa merupakan kesempurnaan awal bagi fisik’ adalah bahwa manusia dikatakan menjadi sempurna ketika menjadi makhluk yang bertindak. Kemudian makna ‘mekanistik’ adalah bahwa badan menjalankan fungsinya melalui perantara alat-alat, yaitu anggota tubuhnya yang beragam. Sedangkan makna ‘memiliki kehidupan energik’ adalah bahwa di dalam dirinya terkandung kesiapan hidup dan persiapan untuk menerima jiwa.

d. Filsafat Metafisika Al Farabi

Pembicaraan metafisika ini berkisar pada masalah Tuhan, wujud-Nya, atau kehendak-Nya.

1. Ilmu Ketuhanan

Al-Farabi membagi ilmu ketuhanan menjadi tiga[16], yaitu:

- Membahas semua wujud dan hal-hal yang terjadi padanya sebagai wujud.

- Membahas prinsip-prinsip burhan dalam ilmu-ilmu teori juz’iyat (particulars), yaitu ilmu yang berdiri sendiri karena penelitiannya tentang wujud tertentu. Seperti ilmu mantiq (logika), matematika, atau ilmu juzz’iyyat lainnya.

- Membahas semua wujud yang tidak berupa benda-benda ataupun berada dalam benda-benda itu.

2. Wujud

Al Farabi membagi wujud kepada dua bagian[17], yaitu:

- Wujud yang mungkin atau wujud yang nyata karena lainnya. Seperti wujud cahaya yang tidak akan ada, kalau sekiranya tidak ada matahari. Cahaya itu sendiri menurut tabiatnya bisa wujud dan bisa tidak wujud. Dengan kata lain cahaya adalah wujud yang mungkin. Karena matahari telah wujud maka cahaya itu menjadi wujud yang nyata karena matahari.

- Wujud nyata dengan sendirinya. Wujud ini adalah wujud yang tabiatnya itu sendiri menghendaki wujud-Nya, yaitu wujud yang diperkirakan tidak ada, maka akan timbul kemusyrikan. Kalau itu tidak ada, maka yang lainpun tidak akan ada sama sekali. Ia adalah sebab pertama bagi semua wujud yang ada. Dan wujud yang wajib ada inilah Tuhan.

3. Sifat-Sifat Tuhan

Tuhan adalah tunggal. Ia tidak berbeda dari zat-Nya. Tuhan merupakan akal (pikiran) murni, karena yang menghalang-halangi sesuatu untuk menjadi objek pemikiran adalah benda, maka sesuatu itu berada. Apabila wujud sesuatu tidak membutuhkan benda, maka sesuatu itu benar-benar akal. Demikian juga zat-Nya juga menjadi obyek pemikiran Tuhan sendiri (ma’qul), karena yang menghalang-halangi untuk menjadi obyek pemikiran adalah benda pula. Jadi, ia adalah obyek pemikiran, karena ia adalah akal pikiran. Ia tidak membutuhkan sesuatu yang lain untuk memikirkan zat-Nya sendiri, tetapi cukup dengan zat-Nya itu sendiri pula untuk menjadi obyek pemikiran. Dengan demikian zat Tuhan yang satu itu juga akal (pikiran), zat yang berfikir, dan zat yang dipikirkan, atau ia menjadi aqal, ‘aqil, dan ma’qul.[18]

e. Filsafat Kenabian Al Farabi

Persoalan kenabian ada pada agama, tetapi agama yang dimaksud adalah agama samawi/langit, di mana secara esensial berasal dari pemberitahuan wahyu dan ilham (inspirasi). Berdasarkan wahyu dan ilhamlah segala kaidah dan sendi-sendinya menjadi tegak. Dalam ajaran Islam, wahyu merupakan sumber inspirasi yang pasti, yang harus dijadikan pedoman baginya dalam operasionalisasi ajaran. Ciri khas seorang nabi bagi al Farabi adalah mempunyai daya imaginasi yang kuat di mana obyek inderawi dari luar tidak dapat mempengaruhinya. Ketika ia berhubungan dengan ‘Aql Fa’al (akal 10) ia dapat menerima fisi dan kebenaran-kebenaran dalam bentuk wahyu. Wahyu adalah limpahan dari Tuhan melalui ‘Aql Fa’al yang dalam penjelasan al Farabi adalah Jibril.[19] Wahyu mudah dan jelas diterima oleh manusia, pertolongan Malaikat Jibril yang dapat mengubah bermacam-macam bentuk, seperti malaikat-malaikat lain juga, bertugas sebagai penghubung antara Tuhan dengan nabi-nabi-Nya.[20]

f. Pola Pikir Tasawuf Al Farabi

Al Farabi adalah seorang filosuf yang telah menghimpun berbagai konsepsi di mana sendi-sendinya menjadi suatu mata rantai yang saling berkait. Dalam hal ini kita bias melihat teori sufi yang merupakan bagian dari pandangan filosofis Al Farabi. Bukti yang paling kuat dalam masalah ini adalah adanya korelasi yang kuat untuk menghubungkan tasawuf dengan teori-teori Al farabi yang lain, baik psikologis, moral, maupun politik. Sebagai cirri khas dari teori tasawuf yang dikatakan Al Farabi adalah pada asas rasional. Tasawuf Al Farabi bukanlah tasawuf spiritual semata yang hanya berlandaskan kepada sikap menerangi jism dan menjauh dari segala kelezatan guna mensucikan jiwa dan meningkat menuju derajat-derajat kesempurnaan, tetapi tasawufnya adalah tasawuf yang berlandaskan pada studi. Sedangkan kesucian jiwa menurutnya tidak akan sempurna apabila hanya melalui jalur tubuh dan amal-amal badaniyah semata, tetapi secara esensial juga harus melalui jalur akal dan tindakan-tindakan pemikiran. Dengan demikian, meski sudak memiliki keutamaan alamiah jasmaniyah, tetap harus ada keutamaan-keutamaan rasional teoritis.[21]

g. Teori Kebahagiaan

Menurut Al Farabi, kebahagiaan adalah pencapaian kesempurnaan akhir bagi manusia. Dan itulah tingkat akal mustafad, dimana ia siap menerima emanasi seluruh objek rasional dari akal aktif. Dengan demikian, perilaku berfikir adalah perilaku yang dapat mewujudkan kebahagiaan bagi manusia.[22] Manusia mencapai kebahagiaan dengan perilaku yang bersifat keinginan. Sebagian di antaranya berupa perilaku kognitif dan sebagian lain berupa perilaku fisik, serta bukan dengan semua perilaku yang sesuai, tetapi dengan perilaku terbatas dan terukur yang berasal dari berbagai situasi dan bakat yang terbatas dan terukur. Perilaku berkeinginan yang bermanfaat dalam mencapai kebahagiaan adalah perilaku yang baik. Situasi dan bakat yang menjadi sumber perilaku yang baik adalah adalah keutamaan-keutamaan. Kebaikan tersebut bukan semata-mata untuk kebaikan itu sendiri, tetapi kebaikan demi mencapai kebahagiaan. Perilaku yang menghambat kebahagiaan adalah kejahatan, yaitu perilaku yang buruk. Situasi dan bakat yang membentuk perilaku buruk adalah kekurangan, kehinaan, dan kenistaan.

h. Logika

Sebagian besar karya Al Farabi dipusatkan pada studi tentang logika. Tetapi hal ini hanya terbatas pada penulisan kerangka Organom, dalam versi yang dikenal oleh para sejarah Arab pada saat itu. Al Farabi menyatakan bahwa: ‘seni logika umumnya memberikan aturan-aturan yang bila diikuti dapat memberikan pemikiran yang besar dan mengarahkan manusia secara langsung kepada kebenaran dan menjauhkan dari kesalahan-kesalahan’. Menurrutnya, logika mempunyai kedudukan yang mudah dimengerti, sebagaimana hubungan antara tata bahasa dengan kata-kata, dan ilmu mantra dengan syair. Ia menekankan praktek dan penggunaan aspek logika, dengan menunjukkan bahwa pemahaman dapat diuji lewat aturan-aturannya, sebagaimana dimensi, volume, dan massa ditentukan oleh ukuran.[23]

i. Teori Pengetahuan

Al Farabi berpendapat bahwa jendela pengetahuan adalah indera, sebab pengetahuan masuk ke dalam diri manusia melalui indera. Sementara pengetahuan totalitas terwujud melalui pengetahuan parsial, atau pemahaman universal merupakan hasil penginderaan terhadap hal-hal yang parsial. Jiwa mengetahui dengan daya. Dan indera adalah jalan yang dimanfaatkan jiwa untuk memperoleh pengetahuan kemanusiaan.[24] Tetapi penginderaan inderawi tidak memberikan kepada kita informasi tentang esensi segala sesuatu, melainkan hanya memberikan sisi lahiriah segala sesuatu. Sedangkan pengetahuan universal dan esensi segala sesuatu hanya dapat diperoleh melalui akal.[25]

j. Teori Akal

Al Farabi mengelompokkan akal menjadi dua, yaitu:

 Akal praktis, yaitu yang menyimpulkan apa yang mesti di kerjakan; dan teoritis, yaitu yang membantu menyempurnakan jiwa. Akal teoritis ini di bagi lagi menjadi dua, yaitu:

1) Akal fisik (material), Akal fisik, atau sebagaimana sering di sebut Al Farabi sebagai akal potensial, adalah jiwa atau bagian jiwa atau unsur yang mempunyai kekuatan mengabstraksi dan menyerap esensi pada setiap hal yang ada tanpa disertai materinya. Akal terbiasa/bakat (habitual), merupakan rasionalisasi dari akal fisik, ketika akal fisik telah mengabtraksi maka dengan begitu seseorang kemudian akan mencari objek untuk membuktikan fisik tersebut karena akal bakat/habitual/aktual akan menjadi aktif jika disandarkan pada objek rasional yang dipikirkan oleh seseoarang sedangkan objek rasional yang belum dipikirkan adalah potensi.

2) Akal diperoleh (acquired). Ketika akal aktual menghasilkan semua objek akal maka seseorang akan menjadi manusia sejati dengan mengunkan realisasi akal yang telah dikembangkan.

k. Teori Sepuluh Kecerdasan

Teori ini menempati bagian penting dalam filsafat muslim, ia menerangkan dua dunia, langit dan bumi, ia menafsirkan gejala gerakan dua perubahan. Ia merupakan dasar fisika dan astronomi. Bidang utama garapannya ialah memecahkan masalah yang Esa dan yang banyak dan pembandingan antara yang berubah dan yang tetap. Al Farabi berpendapat bahwa yang Esa, yaitu Tuhan, yang ada dengan sendirinya. Karena itu, ia tidak memerlukan yang lain bagi adanya atau keperluannya. Ia mampu mengetahui dirinya sendiri. Menurut Al Farabi, Tuhan adalah akal pikiran yang bukan berupa benda. Tuhan mengetahui zat-Nya dan mengetahui bahwa Ia menjadi dasar susunan wujud yang sebaik-baiknya. Jadi, dapat dikatakan bahwa akal Tuhan adalah aqil (berpikir), dan ma’qul (dipikirkan), melalui ta’aqul, Tuhan dapat mulai ciptaan-Nya. Ketika Tuhan mulai memikirkan, timbullah suatu wujud baru atau akal baru yang disebut yang disebut Al Farabi dengan sebutan Al Aqlul Awwal (akal yang pertama). Berkelanjutan dari akal pertama yang ta’aqul tentang pemikiran Tuhan dan dirinya sendiri. Dengan ta’aqul Tuhan melimpah ke Al Aqlits Tsani (akal kedua), yang dapat menimbulkan al Falaqul Aqsha (langit yang paling luar), maka timbul sifat pluralitas dari alam makhluk. Al Aqlits Tsani, memimbulkan Al Aqluts Tsalis (akal ketiga) bersama timbulnya Karatul Kawakibits Tsabitah, langit bintang-bintang tetap. Kemudian Al Aqluts Tsalis melimpah ke Al Aqlur Rabi’ (akal keempat) yang menimbulkan langit bintang Zuhal (Saturnus). Kemudian melimpah ke Al Aqlul Khamis (akal kelima) dengan munculnya langit bintang Musytari (Yupiter). Lalu ke Al Aqlul Sadis (akal keenam) bersama bintang Mirris (Mars). Selanjutnya ke Al Aqluts Tsabi’ (akal ketujuh) dengan munculnya langit Matahari. Al Aqluts Tsamin (akal kedelapan) bersama langit bintang Zuhrah (Venus). Al Aqlut Tasi’ (akal kesembilan) dengan langit bintang ‘Utharid (Merkurius). Akhirnya, Al Aqlul ‘Asyir (akal kesepuluh) ini dinamakan Al Aqlul Fa’al (akal yang aktif bekerja), orang barat menyebut Active Intellect.

Jumlah inteligensi adalah sepuluh, terdiri atas inteligensi pertama dan sembilan inteligensi planet dan lingkungan. Melalui ajaran sepuluh inteligensi ini, Al Farabi memecahkan masalah gerak dan perubahan. Ia menggunakan teori ini ketika memecahkan masalah Yang Esa dan yang banyak, dan dalam memadukan teori materi Aristoteles dengan ajaran Islam tentang penciptaan.

5 KARYA-KARYA AL FARABI

Al Farabi meninggalkan banyak karya tulis, yang secara garis besar bisa dikelompokkan dalam bebrapa tema, seperti logika, fisika, metafisika, politik, astrologi, music, dan beberapa tulisan yang berisi tentang sanggahan pandangan filosof tertentu.[26] Karya-karya Al Farabi diantaranya adalah sebagai berikut:

  1. Risalah Shudira Biha al Kitab (Risalah yang dengannya Kitab Berawal)
  2. Risalah fi Jawab Masa’il Su’ila ‘Anha (Risalah tentang Jawaban atas Pertanyaan yang Diajukan tentang-Nya.
  3. Syarh Kitab al Sama’ al Tabi’I li Aristutalis (Komentar atas Fisika Aristoteles)
  4. Syarh Kitab al Sama’ wa al ‘Alam li Aristutalis (Bahasan atas Kitab Aristoteles tentang Langit dan Alam Raya)
  5. Al-Jami’u Baina Ra’yai Hakimain Afalatoni Al Hahiy wa Aristho-thails (Pertemuan/Penggabungan Pendapat antara Plato dan Aristoteles)
  6. Tahsilu as Sa’adah (Mencari Kebahagiaan)
  7. Fushus al Hikam (Permata Kebijaksanaan)
  8. Fususu al Taram (Hakikat Kebenaran)
  9. Kitab fi al Wahid wa al Wahdah (Kitab tentang Yang Satu dan Yang maha Esa)
  10. As Syiyasyah (Ilmu Politik)
  11. Kitab al Millat al Fadlilah (Kitab tentang Komunitas Utama)
  12. Ihsho’u Al Ulum (Kumpulan Berbagai Ilmu)
  13. Arroo’u Ahl al-Madinah Al-Fadilah (Pemikiran-Pemikiran Utama Pemerintahan)
  14. Al-Siyasah al-Madaniyah (politik pemerintahan)

Selasa, 04 Juni 2013



Ibnu Sina

980 - 1037 M

Berasal dari: Afsyanah, Uzbekistan

Kontribusi

Beliaulah yang mencacat dan menggambarkan anatomi tubuh manusia secara lengkap untuk pertama kalinya di dunia. Namanya menjadi sangat monumental setelah menulis buku Qanun fi al-Thibb (Canon of Medicine).

Qanun fi al-Thibb menjadi buku pegangan mahasiswa kedokteran di Eropa dan disebut sebagai ensiklopedia kedokteran dan sudah diterjemahkan dalam bahasa Ibrani, Latin, Perancis, Spanyol, Italia dan lain-lain. Ensiklopedi ini menjadi standar untuk medis di Eropa dan dunia Islam.

Cerita Singkat

Abu Ali al Husain ibnu Abdallah ibn Sina adalah nama lengkap beliau. Ayahnya adalah seorang pegawai tinggi pada masa dinasti Samaniah. Kedokteran sudah dipelajari beliau sejak usia 16 tahun.

Dikalangan orang barat, Ibnu Sina akrab dengan panggilan Avecina. Beliau merupakan filsuf, ilmuwan dan juga dokter pada abad ke 10 M. Selain itu, Ibnu Sina juga dikenal sebagai seorang penulis yang produktif. Sebagian besar karyanya adalah tentang filsafat dan kedokteran. Bagi banyak orang, Ibnu Sina adalah seorang Bapak Pengobatan Modern.

 
Biografi Ibnu Sina

Syeikhur Rais, Abu Ali Husein bin Abdillah bin Hasan bin Ali bin Sina, yang dikenal dengan sebutan Ibnu Sina atau Aviciena lahir pada tahun 370 hijriyah di sebuah desa bernama Khormeisan dekat Bukhara. Sejak masa kanak-kanak, Ibnu Sina yang berasal dari keluarga bermadzhab Ismailiyah sudah akrab dengan pembahasan ilmiah terutama yang disampaikan oleh ayahnya. Kecerdasannya yang sangat tinggi membuatnya sangat menonjol sehingga salah seorang guru menasehati ayahnya agar Ibnu Sina tidak terjun ke dalam pekerjaan apapun selain belajar dan menimba ilmu.

Dengan demikian, Ibnu Sina secara penuh memberikan perhatiannya kepada aktivitas keilmuan. Kejeniusannya membuat ia cepat menguasai banyak ilmu, dan meski masih berusia muda, beliau sudah mahir dalam bidang kedokteran. Beliau pun menjadi terkenal, sehingga Raja Bukhara Nuh bin Mansur yang memerintah antara tahun 366 hingga 387 hijriyah saat jatuh sakit memanggil Ibnu Sina untuk merawat dan mengobatinya.

Berkat itu, Ibnu Sina dapat leluasa masuk ke perpustakaan istana Samani yang besar. Ibnu Sina mengenai perpustakan itu mengatakan demikian;

“Semua buku yang aku inginkan ada di situ. Bahkan aku menemukan banyak buku yang kebanyakan orang bahkan tak pernah mengetahui namanya. Aku sendiri pun belum pernah melihatnya dan tidak akan pernah melihatnya lagi. Karena itu aku dengan giat membaca kitab-kitab itu dan semaksimal mungkin memanfaatkannya... Ketika usiaku menginjak 18 tahun, aku telah berhasil menyelesaikan semua bidang ilmu.” Ibnu Sina menguasai berbagai ilmu seperti hikmah, mantiq, dan matematika dengan berbagai cabangnya.

Kesibukannya di pentas politik di istana Mansur, raja dinasti Samani, juga kedudukannya sebagai menteri di pemerintahan Abu Tahir Syamsud Daulah Deilami dan konflik politik yang terjadi akibat perebutan kekuasaan antara kelompok bangsawan, tidak mengurangi aktivitas keilmuan Ibnu Sina. Bahkan safari panjangnya ke berbagai penjuru dan penahanannya selama beberapa bulan di penjara Tajul Muk, penguasa Hamedan, tak menghalangi beliau untuk melahirkan ratusan jilid karya ilmiah dan risalah.

Ketika berada di istana dan hidup tenang serta dapat dengan mudah memperoleh buku yang diinginkan, Ibnu Sina menyibukkan diri dengan menulis kitab Qanun dalam ilmu kedokteran atau menulis ensiklopedia filsafatnya yang dibeni nama kitab Al-Syifa’. Namun ketika harus bepergian beliau menulis buku-buku kecil yang disebut dengan risalah. Saat berada di dalam penjara, Ibnu Sina menyibukkan diri dengan menggubah bait-bait syair, atau menulis perenungan agamanya dengan metode yang indah.

Di antara buku-buku dan risalah yang ditulis oleh Ibnu Sina, kitab al-Syifa’ dalam filsafat dan Al-Qanun dalam ilmu kedokteran dikenal sepanjang massa. Al-Syifa’ ditulis dalam 18 jilid yang membahas ilmu filsafat, mantiq, matematika, ilmu alam dan ilahiyyat. Mantiq al-Syifa’ saat ini dikenal sebagai buku yang paling otentik dalam ilmu mantiq islami, sementara pembahasan ilmu alam dan ilahiyyat dari kitab al-Syifa’ sampai saat ini juga masih menjadi bahan telaah.

Dalam ilmu kedokteran, kitab Al-Qanun tulisan Ibnu Sina selama beberapa abad menjadi kitab rujukan utama dan paling otentik. Kitab ini mengupas kaedah-kaedah umum ilmu kedokteran, obat-obatan dan berbagai macam penyakit. Seiring dengan kebangkitan gerakan penerjemahan pada abad ke-12 masehi, kitab Al-Qanun karya Ibnu Sina diterjemahkan ke dalam bahasa Latin. Kini buku tersebut juga sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, Prancis dan Jerman. Al-Qanun adalah kitab kumpulan metode pengobatan purba dan metode pengobatan Islam. Kitab ini pernah menjadi kurikulum pendidikan kedokteran di universitas-universitas Eropa.

Ibnu juga memiliki peran besar dalam mengembangkan berbagai bidang keilmuan. Beliau menerjemahkan karya Aqlides dan menjalankan observatorium untuk ilmu perbintangan. Dalam masalah energi Ibnu Sina memberikan hasil penelitiannya akan masalah ruangan hampa, cahaya dan panas kepada khazanah keilmuan dunia.

 Dikatakan bahwa Ibnu Sina memiliki karya tulis yang dalam bahasa latin berjudul De Conglutineation Lagibum. Dalam salah bab karya tulis ini, Ibnu Sina membahas tentang asal nama gunung-gunung. Pembahasan ini sungguh menarik. Di sana Ibnu Sina mengatakan, “Kemungkinan gunung tercipta karena dua penyebab. Pertama menggelembungnya kulit luar bumi dan ini terjadi lantaran goncangan hebat gempa. Kedua karena proses air yang mencari jalan untuk mengalir. Proses mengakibatkan munculnya lembah-lembah bersama dan melahirkan penggelembungan pada permukaan bumi. Sebab sebagian permukaan bumi keras dan sebagian lagi lunak. Angin juga berperan dengan meniup sebagian dan meninggalkan sebagian pada tempatnya. Ini adalah penyebab munculnya gundukan di kulit luar bumi.”

 Ibnu Sina dengan kekuatan logikanya -sehingga dalam banyak hal mengikuti teori matematika bahkan dalam kedokteran dan proses pengobatan- dikenal pula sebagai filosof tak tertandingi. Menurutnya, seseorang baru diakui sebagai ilmuan, jika ia menguasai filsafat secara sempurna. Ibnu Sina sangat cermat dalam mempelajari pandangan-pandangan Aristoteles di bidang filsafat. Ketika menceritakan pengalamannya mempelajari pemikiran Aristoteles, Ibnu Sina mengaku bahwa beliau membaca kitab Metafisika karya Aristoteles sebanyak 40 kali. Beliau menguasai maksud dari kitab itu secara sempurna setelah membaca syarah atau penjelasan ‘metafisika Aristoteles’ yang ditulis oleh Farabi, filosof muslim sebelumnya.
 
Dalam filsafat, kehidupan Abu Ali Ibnu Sina mengalami dua periode yang penting. Periode pertama adalah periode ketika beliau mengikuti faham filsafat paripatetik. Pada periode ini, Ibnu Sina dikenal sebagai penerjemah pemikiran Aristoteles. Periode kedua adalah periode ketika Ibnu Sina menarik diri dari faham paripatetik dan seperti yang dikatakannya sendiri cenderung kepada pemikiran iluminasi.

 Berkat telaah dan studi filsafat yang dilakukan para filosof sebelumnya semisal Al-Kindi dan Farabi, Ibnu Sina berhasil menyusun sistem filsafat islam yang terkoordinasi dengan rapi. Pekerjaan besar yang dilakukan Ibnu Sina adalah menjawab berbagai persoalan filsafat yang tak terjawab sebelumnya.
 
Pengaruh pemikiran filsafat Ibnu Sina seperti karya pemikiran dan telaahnya di bidang kedokteran tidak hanya tertuju pada dunia Islam tetapi juga merambah Eropa. Albertos Magnus, ilmuan asal Jerman dari aliran Dominique yang hidup antara tahun 1200-1280 Masehi adalah orang Eropa pertama yang menulis penjelasan lengkap tentang filsafat Aristoteles. Ia dikenal sebagai perintis utama pemikiran Aristoteles Kristen. Dia lah yang mengawinkan dunia Kristen dengan pemikiran Aristoteles. Dia mengenal pandangan dan pemikiran filosof besar Yunani itu dari buku-buku Ibnu Sina. Filsafat metafisika Ibnu Sina adalah ringkasan dari tema-tema filosofis yang kebenarannya diakui dua abad setelahnya oleh para pemikir Barat.
 
Ibnu Sina wafat pada tahun 428 hijriyah pada usia 58 tahun. Beliau pergi setelah menyumbangkan banyak hal kepada khazanah keilmuan umat manusia dan namanya akan selalu dikenang sepanjang sejarah. Ibnu Sina adalah contoh dari peradaban besar Iran di zamannya.