Ibnu Rusyd
1126 - 1198 M
Berasal dari: Cordoba, Al-Andalus
Kontribusi
Ibnu Rusyd dikenal sebagai dokter dan juga ahli dalam bidang
filsafat, sastra, logika, ilmu pasti, disamping menguasai pengetahuan Islam
yang kuat, khususnya dalam tafsir Al-Quran dan juga Hadist.
Salah satu karangan beliau yang paling terkenal dan juga
fenomenal adalah buku berjudul Al-Kulliyatu fi al-Thibb yang telah
diterjemahkan kedalam bahasa latin dan menjadi ikhtisar kedokteran lengkap pada
zamannya. Salinannya dalam bahasa inggris dikenal dengan nama General rules of
Medicine.
Karya-karya beliau dalam bahasa arab yang berjumlah 78 buah,
masih tersimpan rapi di perpustakaan Escurial, Madrid, Spanyol.
Cerita Singkat
Nama lengkap beliau adalah Abū l-Walīd
Mu ammad bin A mad bin Rušd. Ibnu
Rusyd adalah seorang ilmuwan muslim yang cerdas dan menguasai banyak disiplin
ilmu. Dalam dunia kedokteran, beliau dikenal sebagai perintis ilmu jaringan
tubuh (histology). Beliaupun berjasa dalam bidang penelitian pembuluh-pembuluh
darah, serta penyakit cacar.
Beliau meninggal dunia di
kota Marakesh, Maroko pada tahun 1198 M, dan jenazahnya dibawa ke Andalusia
serta dimakamkan di sana.
Ibnu Rusydi dilahirkan pada tahun 1126 M di Qurtubah
(Cordoba) dari sebuah keluarga bangsawan terkemuka. Ayahnya adalah seorang ahli
hukum yang cukup berpengaruh di Cordoba, dan banyak pula saudaranya yang
menduduki posisi penting di pemerintahan. Latar belakang kelauarga tersebut
sangat mempengaruhi proses pembentukan tingkat intelektualitasnya di kemudian
hari. Abul al Walid Muhammad Ibnu Ahmad Ibnu Muhammad Ibnu Rusydi, yang
kemudian lebih dikenal dengan nama Ibnu Rusydi atau Averrous, merupakan seorang
ilmuwan muslim yang sangat berpengaruh pada abad ke-12 dan beberapa abad
berikutnya.
Ia adalah seorang filosof yang telah berjasa mengintegrasikan Islam dengan tradisi pemikiran Yunani. Kebesaran Ibnu Rusydi sebagai seorang pemikir sangat dipengaruhi oleh zeitgeist atau jiwa zamannya. Abad ke-12 dan beberapa abad sebelumnya merupakan zaman keemasan bagi perkembangan ilmu pengetahuan di Dunia Islam, yang berpusat di Semenanjung Andalusia (Spanyol) di bawah pemerintahan Dinasti Abasiyah. Para penguasa muslim pada masa itu mendukung sekali perkembangan ilmu pengetahuan, bahkan mereka sering memerintahkan para ilmuwan untuk menggali kembali warisan intelektual Yunani yang masih tersisa, sehingga nama-nama ilmuwan besar Yunani seperti Aristoteles, Plato, Phitagoras, ataupun Euclides dengan karya-karyanya masih tetap terpelihara sampai sekarang.
Liku-liku perjalanan hidup pemikir besar ini sangatlah menarik. Ibnu Rusydi dapat digolongkan sebagai seorang ilmuwan yang komplit. Selain sebagai seorang ahli filsafat, ia juga dikenal sebagai seorang yang ahli dalam bidang kedokteran, sastra, logika, ilmu-ilmu pasti, di samping sangat menguasai pula pengetahuan keislaman, khususnya dalam tafsir Al Qur’an dan Hadits ataupun dalam bidang hukum dan fikih. Bahkan karya terbesarnya dalam bidang kedokteran, yaitu Al Kuliyat Fil-Tibb atau (Hal-Hal yang Umum tentang Ilmu Pengobatan) telah menjadi rujukan utama dalam bidang kedokteran.
Kecerdasan yang luar biasa dan pemahamannya yang mendalam
dalam banyak disiplin ilmu, menyebabkan ia diangkat menjadi kepala qadi atau
hakim agung Cordoba, jabatan yang pernah dipegang oleh kakeknya pada masa
pemerintahan Dinasti al Murabitun di Afrika Utara.Posisi yang prestisius dan
tentunya diimpikan banyak orang. Posisi tersebut ia pegang pada masa
pemerintahan Khalihaf Abu Ya’kub Yusuf dan anaknya Khalifah Abu Yusuf.
Hal terpenting dari kiprah Ibnu Rusydi dalam bidang ilmu
pengetahuan adalah usahanya untuk menerjemahkan dan melengkapi karya-karya
pemikir Yunani, terutama karya Aristoteles dan Plato, yang mempunyai pengaruh
selama berabad-abad lamanya. Antara tahun 1169-1195, Ibnu Rusydi menulis satu
segi komentar terhadap karya-karya Aristoteles, seperti De Organon, De Anima,
Phiysica, Metaphisica, De Partibus Animalia, Parna Naturalisi, Metodologica,
Rhetorica, dan Nichomachean Ethick. Semua komentarnya tergabung dalam sebuah
versi Latin melengkapi karya Aristoteles. Komentar-komentarnya sangat berpengaruh
terhadap pembentukan tradisi intelektual kaum Yahudi dan Nasrani.
Analisanya telah mampu menghadirkan secara lengkap pemikiran
Aristoteles. Ia pun melengkapi telaahnya dengan menggunanakan komentar-komentar
klasik dari Themisius, Alexander of Aphiordisius, al Farabi dengan
Falasifah-nya, dan komentar Ibnu Sina. Komentarnya terhadap percobaan
Aristoteles mengenai ilmu-ilmu alam, memperlihatkan kemampuan luar biasa dalam
menghasilkan sebuah observasi.
[Majalah Percikan Iman No.6 Tahun I Desember
2000]
Referensi :
- http://archive.kaskus.us/thread/3450909/20